Labels

Label

11 Juli 2014

#GazaUnderAttack - Power Metal - Angkara

View Details

29 Oktober 2013

Download the free Mobile App Dhanyank

View Details


Download the FREE DhanyanK Mobile App

Check out the Mobile App by DhanyanK. This free Mobile App lets you listen to music, check out photos and videos, read blog posts and get exclusive push notifications straight to your mobile device.

25 Maret 2009

Rock Your Style Ala Marlboro Filter

View Details
Musik rock memang cukup familiar dikalangan anak muda. Karena musik rock sendiri, dinilai sebagai salah satu musik yang mengekspresikan kebebasan. krisnahome.blogspot.com punya kabar baik Buat sobat muda yang ngefans berat ama musik rock.

Ya, dengan mengusung tema "ROCK YOUR STYLE", Salah satu Perusahaan rokok terbesar di Indonesia,yaitu Marlboro Filter, memberi kesempatan kepada sobat muda, terutama para fans musik rock untuk mengekspresikan gaya dan kecintaan mereka terhadap musik rock.

"Setelah sukses meluncurkan Marlboro Filter di luar Jawa dan Bali di Tahun 2008, Marlboro Filter masih menjadikan musik rock sebagai salah satu medium yang dapat digunakan untuk dapat lebih dekat dengan konsumen setianya. Selama ini Marlboro Filter selalu menggelar konser musik rock, namun lebih jauh, Marlboro Filter ingin merangkul para pecinta musik rock ini untuk mengapresiasikan gaya dan kecintaan mereka terhadap musik rock", kata Veronica Risariyana, Brand Manager Marlboro.

Menurut Risa, "Atas dasar itulah kami mengemas program Marlboro Filter Rock Your Style, untuk mengakomodasi potensi-potensi tersebut melalui ekspresi fanatisme terhadap idola rocker mereka".

"Selain itu, kami berharap dengan terselenggaranya Marlboro Filter Rock Your Style ini, nantinya akan memberikan insipirasi yang positif bagi kaum muda, maupun dewasa, untuk selalu memiliki semangat tinggi dan rasa optimis dalam mencapai suatu impian dan harapan", tambahnya.

Untuk mengikuti acara ini, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan sobat muda. Diantaranya adalah, kriteria usia peserta harus di atas 18 tahun hingga 29 tahun. setelah itu, peserta wajib mendaftar sebagai kelompok, minimal membawa 1 orang dan maksimal 3 orang teman.

Calon peserta diberikan waktu selama satu bulan untuk mendaftar mulai 16 Februari s/d 16 Maret 2009, dan formulirnya dapat diperoleh di information booth beberapa radio setempat, yaitu, Solo : Solo radio, Madiun : DCS FM, Kediri : BRASS FM, Semarang : Prambors, Jember : KISS FM, Malang : Makobu, Surabaya : Colors FM, dan Yogyakarta : Geronimo FM. Formulir disertai fotokopi identitas diri, serta satu lembar foto bergaya bintang rock dapat dikirimkan ke PO BOX 1000 JKPPJ 10210A, atau diberikan di information booth yang bersangkutan, tanpa dipungut biaya.

Dalam ajang Marlboro Filter Rock Your Style ini, pihak panita menargetkan 3000 peserta yang akan mendaftar. "Setelah melewati tahap registrasi, mereka akan diseleksi melalui beberapa tahapan, mulai dari pemeriksaan kelengkapan data, membuat essai mengenai bintang rock pujaanm phone interview, dan wawancara tatap muka dengan tim juri", ungkap Risa.

Untuk mencari The best Rock Your Style, pihak Marlboro Filter menggandeng musisi tanah air yaitu, Andi/rif, Melanie Subono, serta wartawan majalah Rolling Stones Adib Hidayat, untuk menjadi juri dalam ajang Marlboro Filter Rock Your Style. Masing - masing juri akan memberikan penilaian terhadap peserta dari beberapa aspek yang berbeda, seoerti penampilan tim secara keseluruhan, pengetahuan tentang musik rock, dll.

Selama proses seleksi final, para finalis nantinya akan diberikan tantangan untuk membuat video clip dan cover CD, dimana mereka sebagai rock starnya. Fasilitas yang disediakan oleh Pihak penyelenggara meliputi, sutradara, kameramen , fotografer, kru, dan lainnya. Sebagai puncak acara, Marlboro Filter juga akan menggelar pentas entertainment untuk menghibur para rock mania dengan menampilkan sederet rock band papan atas nasional.

Dari hasil seleksi akhir tersebut, akan terpilih satu grup pemenang yang berhak mendapatkan pengalaman unik berkelas dunia, yaitu menyaksikan salah satu festival musik rock internasional akbar di Jepang pada bulan Agustus 2009 mendatang.
(Naskah : Krisna Fajar P. / Foto : Sultan HW.)
berita:
http://www.krisnahome.co.cc/

24 Maret 2009

Profile Coffee Band

View Details
Band asal Samarinda ini boleh jadi sangat terkejut dengan hasil keputusan juri A Mild Live Wanted 2009 yang menobatkan mereka sebagai pemenang regional Kalimantan Timur. Bagaimana tidak, ke empat personil Coffee, Husni (vokal), Ari (gitar), Reza (bas) dan Iqbal (drum), awalnya hanya ingin coba-coba mengikuti ajang A Mild Live Wanted 2009 ini. Musik yang mereka bawakan pun sangat berbeda dari 23 band finalis regional Kaltim lainnya, lebih bebas dan enerjik.

Namun sebagai sebuah band, Coffee sebenarnya sudah sering malang-melintang di festival-festival musik yang diadakan di Kalimantan Timur, namun skalanya pun masih festival musik lokal. Dengan pengaruh musisi macam Benyamin S, Iwan Fals, System of a Down dan Red Hot Chili Peppers, jadilah musik yang dibawakan Coffee terdengar up beat dengan lirik yang jujur apa adanya. Ternyata komposisi lagu yang mereka ciptakan, berhasil menarik perhatian juri dan para penonton yang hadir di Auditorium Speedy Telkom, Balikpapan.

"Kami hanya mencoba bermain musik secara jujur. Kami mengekspresikan diri dengan musik yang kami bawakan, persoalan nanti jadi pemenang apa nggak, urusan belakangan. Yang penting kami sudah memainkan musik ciptaan kami sendiri secara jujur," ucap Ari, gitaris Coffee saat jumpa pers.

Dengan posisi yang boleh dibilang sebagai underdog, Coffee justru tampil diatas panggung tanpa beban. Aksi yang sangat atraktif ditambah gerak tubuh yang seringkali mengundang decak tawa penonton, ternyata menjadi poin tertinggi yang membuat dewan juri tanpa ragu memilih Coffee sebagai band terbaik hari itu dan berhak mewakili Kalimantan dalam final nasional A Mild Live Wanted 2009.

Dengan kemenangan ini, satu tempat di album kompilasi A Mild Live Wanted 2009 sudah Coffee genggam. Menurut Capung Java Jive, selaku ketua dewan juri, Coffe tinggal mempersiapkan diri dan mematangkan materi lagu untuk bersaing dengan pemenang regional lainnya. Dengan masuknya Coffee, bisa dipastikan persaingan di final nasional nanti akan menjadi seru karena genre musik yang ditawarkan menjadi semakin bervariatif. (IYE)

Terbentuk Sejak : April 2007

Personil dan Posisi :
1. M. Husni : Vocal
2. Reza : Bass
3. Iqbal : Drum
4. Ari : Gitar

Base Camp : Jl. Belibis Gg. 16

Kota : Samarinda

Kontak Band
Email : cofee_band@rocketmail.com
Manajer : 0852-3035-1188 (Dery)

Aliran/Genre : Alternatif Rock n Roll

Pengaruh Musik / Idola Terbesar Loe adalah : Iwan Fals, SLANK, Benyamin S.

10 Maret 2009

Indie, Kini Sudah jadi Industri

View Details

Musik Anak Indie

Enggak mau ikutan tren, anak-anak indie bikin gaya sendiri biar berbeda. Nyatanya, gaya mereka malah banyak pengikut dan jadi ngetren.

Musik bisa dibilang jadi ujung tombak berkembangnya komunitas indie. Sudah lama kan kita mendengar tentang band-band yang bergerak sendiri untuk memproduksi dan mengedarkan album mereka, yang biasa disebut pergerakan underground. Angkanya memang tidak besar jika dibandingkan dengan Sheila on 7 atau Padi. Tetapi, angka 50 ribu kopi untuk album indie sudah sangat bagus.

Makin lama, dukungan terhadap indie pun besar. Terbukti dengan masuknya nama band asal Bandung, Mocca, dalam deretan grup yang mendapatkan award dari MTV. Stasiun TV yang fokus pada musik itu pun memberikan tempat yang cukup besar bagi musik yang bergerak dengan semangat indie. Tak ketinggalan, sejumlah radio ikut menyediakan segmen khusus bagi musisi-musisi lokal.

Propaganda

Perkembangan hebat ini kemudian diikuti oleh elemen lain yang sangat menunjang. Salah satunya adalah media cetak. Untuk menunjang promosi, biasanya band membuat newsletter untuk memberitakan perkembangan bandnya. Berawal dari selembar kertas fotokopian, lalu mulai dicetak tipis, dan akhirnya bermunculanlah majalah-majalah yang tampilannya enggak kalah keren dibandingkan dengan media cetak mapan.

Bandung, enggak bisa dibilang enggak, adalah sarangnya orang-orang yang punya semangat indie. Dari kota ini dikenal beberapa majalah yang punya nama cukup besar, seperti Ripple dan Pause. Belum lagi majalah-majalah baru yang mulai berkembang.

Kota lain penghasil media cetak indie adalah Yogyakarta yang punya Outmagz dan Medan dengan M-teens, misalnya. Belum lagi yang berupa newsletter dengan kemasan lebih rapi seperti 10.05 (ten o’ five) yang dibagikan gratis.

Awalnya media cetak tersebut adalah ajang untuk propaganda. Tetapi, sekarang sudah berubah jadi bacaan yang bisa kita nikmati dan menambah wawasan kita.

"Fashion"

Style orang-orang ini juga terlihat berbeda dan unik, tetapi enggak "sejorok" seniman. Mereka tetap memperhatikan penampilan, tetapi dengan satu syarat: harus beda dengan yang lain. Syarat tersebut membuat mereka mendesain pakaian sendiri, biasanya berupa t-shirt, yang berbeda dengan rancangan orang lain. Walau sederhana, hanya mengandalkan kekuatan kata dan gambar pada kaus, ternyata desain mereka bisa memancing minat para pencinta fashion.

Biasanya tiap desain dibuat dalam jumlah kecil. Paling banyak satu desain hanya diproduksi 10 potong.

Perkembangan usaha ini makin menjamur. Puluhan merek bermunculan. Usaha bikin kaus itu disebut clothing. Enggak cuma t-shirt, tetapi juga berbagai aksesori, seperti belt, handband, sepatu, sampai boxer.

Makin hari, persaingan semakin ketat. Dalam persaingan ini yang utama adalah ide! Semakin unik dan fresh, clothing tersebut bakal makin dicari.

Distribusi

Banyak produk bersemangat indie dihasilkan, tetapi sedikit tempat yang bisa menjualnya. Karena keterbatasan dana, mereka kesulitan masuk ke toko-toko buku besar. Akhirnya, dibangunlah sistem distribusi yang memanfaatkan jaringan pertemanan. Sampai akhirnya ada sebuah solusi untuk hal ini, yaitu distribution outlet yang lebih dikenal dengan sebutan distro. Biasanya bermula dari menjual produk-produk mereka sendiri, kemudian berkembang banyak yang menitipkan barang untuk dijual di situ.

Belakangan distro makin menjamur di berbagai kota di Indonesia. Apalagi kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya, dan Medan. Sebut saja 347 di Bandung, Cynical MD, atau Locker di Jakarta. Begitu banyak nama-nama baru bermunculan. Persaingan yang makin ketat membuat tiap distro adu unik dan eksklusif.

Banyak pengikut

Puncaknya sekarang ini kita banyak melihat anak muda yang gayanya distro banget. Dan yang sedang in saat ini adalah dandanan ala punk, dengan berbagai atribut, seperti spike dan belt, plus gaya rambut dan tato.

Indie, yang berasal dari kata independent, niatan awalnya adalah antitren. Tetapi keantitrenan itu justru membuat karya- karya mereka dicintai banyak orang. Akibatnya, malah ngetren.

Bahkan, tren itu makin besar gelombangnya. Banyak label rekaman besar yang mencari grup-grup band di kalangan indie. Bahkan sebuah label besar sampai membuat divisi khusus untuk band-band indie. Sudah jadi bisnis menguntungkan, rupanya.

Indie asli

Saat ini memang sudah sulit membedakan mana yang anak indie asli dan mana yang hanya pengikut. Tetapi, sebenarnya ada ciri-ciri yang tak bisa hilang dari komunitas ini.

Tak sedikit anak band indie yang mendesain sendiri pakaian mereka. Bahkan, turun sendiri ke jalan untuk menempel poster- poster event yang juga mereka buat sendiri.

Mereka bekerja keras untuk mempromosikan apa yang mereka lakukan dengan cara mereka. Maka bertebaranlah newsletter, flyer, dan poster, baik di distro-distro, kedai kopi, maupun toko buku dan kaset tertentu.

Semangat indie adalah semangat menjadi diri sendiri. Semangat tidak ikut arus.


Indie, Kini Sudah jadi Industri

View Details

Musik Anak Indie

Enggak mau ikutan tren, anak-anak indie bikin gaya sendiri biar berbeda. Nyatanya, gaya mereka malah banyak pengikut dan jadi ngetren.

Musik bisa dibilang jadi ujung tombak berkembangnya komunitas indie. Sudah lama kan kita mendengar tentang band-band yang bergerak sendiri untuk memproduksi dan mengedarkan album mereka, yang biasa disebut pergerakan underground. Angkanya memang tidak besar jika dibandingkan dengan Sheila on 7 atau Padi. Tetapi, angka 50 ribu kopi untuk album indie sudah sangat bagus.

Makin lama, dukungan terhadap indie pun besar. Terbukti dengan masuknya nama band asal Bandung, Mocca, dalam deretan grup yang mendapatkan award dari MTV. Stasiun TV yang fokus pada musik itu pun memberikan tempat yang cukup besar bagi musik yang bergerak dengan semangat indie. Tak ketinggalan, sejumlah radio ikut menyediakan segmen khusus bagi musisi-musisi lokal.

Propaganda

Perkembangan hebat ini kemudian diikuti oleh elemen lain yang sangat menunjang. Salah satunya adalah media cetak. Untuk menunjang promosi, biasanya band membuat newsletter untuk memberitakan perkembangan bandnya. Berawal dari selembar kertas fotokopian, lalu mulai dicetak tipis, dan akhirnya bermunculanlah majalah-majalah yang tampilannya enggak kalah keren dibandingkan dengan media cetak mapan.

Bandung, enggak bisa dibilang enggak, adalah sarangnya orang-orang yang punya semangat indie. Dari kota ini dikenal beberapa majalah yang punya nama cukup besar, seperti Ripple dan Pause. Belum lagi majalah-majalah baru yang mulai berkembang.

Kota lain penghasil media cetak indie adalah Yogyakarta yang punya Outmagz dan Medan dengan M-teens, misalnya. Belum lagi yang berupa newsletter dengan kemasan lebih rapi seperti 10.05 (ten o’ five) yang dibagikan gratis.

Awalnya media cetak tersebut adalah ajang untuk propaganda. Tetapi, sekarang sudah berubah jadi bacaan yang bisa kita nikmati dan menambah wawasan kita.

"Fashion"

Style orang-orang ini juga terlihat berbeda dan unik, tetapi enggak "sejorok" seniman. Mereka tetap memperhatikan penampilan, tetapi dengan satu syarat: harus beda dengan yang lain. Syarat tersebut membuat mereka mendesain pakaian sendiri, biasanya berupa t-shirt, yang berbeda dengan rancangan orang lain. Walau sederhana, hanya mengandalkan kekuatan kata dan gambar pada kaus, ternyata desain mereka bisa memancing minat para pencinta fashion.

Biasanya tiap desain dibuat dalam jumlah kecil. Paling banyak satu desain hanya diproduksi 10 potong.

Perkembangan usaha ini makin menjamur. Puluhan merek bermunculan. Usaha bikin kaus itu disebut clothing. Enggak cuma t-shirt, tetapi juga berbagai aksesori, seperti belt, handband, sepatu, sampai boxer.

Makin hari, persaingan semakin ketat. Dalam persaingan ini yang utama adalah ide! Semakin unik dan fresh, clothing tersebut bakal makin dicari.

Distribusi

Banyak produk bersemangat indie dihasilkan, tetapi sedikit tempat yang bisa menjualnya. Karena keterbatasan dana, mereka kesulitan masuk ke toko-toko buku besar. Akhirnya, dibangunlah sistem distribusi yang memanfaatkan jaringan pertemanan. Sampai akhirnya ada sebuah solusi untuk hal ini, yaitu distribution outlet yang lebih dikenal dengan sebutan distro. Biasanya bermula dari menjual produk-produk mereka sendiri, kemudian berkembang banyak yang menitipkan barang untuk dijual di situ.

Belakangan distro makin menjamur di berbagai kota di Indonesia. Apalagi kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya, dan Medan. Sebut saja 347 di Bandung, Cynical MD, atau Locker di Jakarta. Begitu banyak nama-nama baru bermunculan. Persaingan yang makin ketat membuat tiap distro adu unik dan eksklusif.

Banyak pengikut

Puncaknya sekarang ini kita banyak melihat anak muda yang gayanya distro banget. Dan yang sedang in saat ini adalah dandanan ala punk, dengan berbagai atribut, seperti spike dan belt, plus gaya rambut dan tato.

Indie, yang berasal dari kata independent, niatan awalnya adalah antitren. Tetapi keantitrenan itu justru membuat karya- karya mereka dicintai banyak orang. Akibatnya, malah ngetren.

Bahkan, tren itu makin besar gelombangnya. Banyak label rekaman besar yang mencari grup-grup band di kalangan indie. Bahkan sebuah label besar sampai membuat divisi khusus untuk band-band indie. Sudah jadi bisnis menguntungkan, rupanya.

Indie asli

Saat ini memang sudah sulit membedakan mana yang anak indie asli dan mana yang hanya pengikut. Tetapi, sebenarnya ada ciri-ciri yang tak bisa hilang dari komunitas ini.

Tak sedikit anak band indie yang mendesain sendiri pakaian mereka. Bahkan, turun sendiri ke jalan untuk menempel poster- poster event yang juga mereka buat sendiri.

Mereka bekerja keras untuk mempromosikan apa yang mereka lakukan dengan cara mereka. Maka bertebaranlah newsletter, flyer, dan poster, baik di distro-distro, kedai kopi, maupun toko buku dan kaset tertentu.

Semangat indie adalah semangat menjadi diri sendiri. Semangat tidak ikut arus.

TEGUH ANDRIANTO TIM MUDA